
Oleh: Wilem Mandacan *)
Pendidikan di Papua kini bergerak menuju arah yang lebih maju dengan hadirnya Sekolah Garuda, sebuah program unggulan yang dirancang pemerintah untuk memperkuat sistem pendidikan di wilayah timur Indonesia. Inisiatif ini menunjukkan komitmen negara dalam memberikan kesempatan yang adil bagi seluruh anak Papua untuk memperoleh pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan tanah kelahirannya. Melalui Sekolah Garuda, pemerintah tidak hanya memperhatikan aspek sarana dan prasarana, tetapi juga membangun sistem pembelajaran yang mendorong disiplin, kreativitas, serta kemampuan berpikir kritis di kalangan pelajar.
SMA Averos di Sorong, Papua Barat Daya, menjadi salah satu sekolah yang ditunjuk sebagai pelaksana program tersebut. Program ini diluncurkan secara serentak oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) pada 8 Oktober 2025 di 16 wilayah Indonesia. Kebijakan ini merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) yang digagas Presiden Prabowo Subianto, sebagai langkah strategis dalam pemerataan pendidikan nasional dan peningkatan mutu pembelajaran di seluruh daerah.
Berbeda dari program-program sebelumnya, Sekolah Garuda menitikberatkan pada peningkatan kapasitas guru, pembinaan siswa berbasis potensi daerah, serta integrasi teknologi dalam proses belajar mengajar. Melalui kurikulum yang relevan dengan kebutuhan masa depan dan kerja sama dengan lembaga pendidikan internasional, pemerintah berupaya menjadikan Papua sebagai contoh keberhasilan pendidikan yang maju, inklusif, dan berdaya saing tinggi.
Salah satu peserta program tersebut adalah Julita Abigael Kambuaya, siswi kelas XI SMA Averos. Ia terpilih menjadi bagian dari Sekolah Garuda Transformasi, yang memberikan pembinaan akademik dan pengembangan karakter bagi siswa berprestasi. Julita menilai program ini sebagai peluang besar untuk mewujudkan cita-citanya melanjutkan pendidikan di luar negeri. Ia bercita-cita menjadi ahli pertambangan agar dapat berkontribusi terhadap pengelolaan sumber daya alam Papua secara berkelanjutan. Pandangan Julita sejalan dengan arah kebijakan pemerintah yang menekankan pentingnya pendidikan sebagai sarana membangun sumber daya manusia unggul untuk daerah masing-masing.
Ibu Julita, Martina Kambu, yang berprofesi sebagai aparatur sipil negara di Sorong, menyampaikan rasa syukurnya atas kesempatan tersebut. Ia mengaku semula khawatir dengan keterbatasan akses pendidikan di wilayahnya, namun setelah mengetahui konsep Sekolah Garuda, ia yakin program ini mampu membantu mewujudkan mimpi anak-anak Papua. Menurutnya, dukungan pemerintah terhadap pendidikan menumbuhkan kepercayaan masyarakat bahwa kesetaraan kesempatan belajar kini bukan lagi hal yang sulit diwujudkan.
Semangat yang sama juga muncul dari siswa lain di SMA Averos. Tesco Aditya Palijama, misalnya, bercita-cita menjadi ahli gizi di lembaga penelitian internasional, sementara Nathanael Ariel Mulkay berharap dapat berkarier di bidang sosial dan politik. Bagi mereka, Sekolah Garuda bukan hanya sarana pembelajaran, tetapi juga wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa depan. Harapan-harapan tersebut menggambarkan bagaimana kebijakan pemerintah mendorong lahirnya generasi muda yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga motivasi untuk kembali membangun daerah asalnya.
Guru SMA Averos, Fitra Awalia, melihat hadirnya Sekolah Garuda sebagai langkah signifikan dalam pemerataan pendidikan. Ia menilai bahwa selama ini banyak siswa di wilayah timur Indonesia menghadapi keterbatasan fasilitas dan tenaga pendidik. Melalui program ini, pemerintah memberikan dukungan nyata agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan standar yang lebih baik. Fitra menilai, dampak positifnya bukan hanya pada peningkatan kualitas akademik, tetapi juga pada tumbuhnya rasa percaya diri siswa untuk berkompetisi di tingkat nasional maupun internasional.
Dukungan terhadap program ini juga datang dari pemerintah daerah. Gubernur Papua Barat Daya, Elisa Kambu, menilai Sekolah Garuda sebagai kebijakan strategis yang membuka peluang baru bagi generasi muda Papua. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan kesempatan yang diberikan pemerintah untuk menempuh pendidikan berkualitas, karena pembangunan sumber daya manusia menjadi kunci kemajuan daerah. Menurutnya, anak-anak Papua memiliki potensi besar yang perlu difasilitasi melalui sistem pendidikan yang terarah dan berkelanjutan.
Program Sekolah Garuda menjadi bagian dari upaya pemerintah memperkuat fondasi pendidikan nasional yang inklusif. Melalui pendekatan kolaboratif antara pusat dan daerah, pemerintah berkomitmen menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memanfaatkan teknologi pendidikan, serta memperluas pelatihan bagi tenaga pendidik. Dengan cara ini, kualitas pembelajaran di seluruh wilayah dapat ditingkatkan secara merata.
Kehadiran Sekolah Garuda di Papua menunjukkan bahwa pemerataan pendidikan bukan sekadar rencana, tetapi langkah konkret yang sedang dijalankan. Program ini tidak hanya memberikan akses terhadap pendidikan unggul, tetapi juga menumbuhkan rasa optimisme baru bagi masyarakat. Harapan besar kini tumbuh dari ruang-ruang kelas di Sorong, tempat siswa-siswi seperti Julita dan teman-temannya menyiapkan diri menjadi generasi penerus yang mampu membawa kemajuan bagi Papua dan Indonesia secara keseluruhan.
Melalui kebijakan ini, pemerintah menunjukkan komitmen untuk memastikan bahwa setiap anak Indonesia, tanpa memandang lokasi tempat tinggal, memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan terbaik. Dari Papua, semangat itu kini tumbuh kuat, bahwa masa depan bangsa dibangun oleh generasi muda yang percaya diri, berpengetahuan luas, dan memiliki tekad untuk berkontribusi bagi negeri.
*) Pemerhati Pendidikan Papua