
Aktivitas bongkar muat peti kemas dari dan ke dalam kapal barang di Terminal peti kemas New Priok Container Terminal (NPCT) 1, Jakarta Utara, Kamis (4/5/2023). Bank Indonesia (BI) memproyeksi ekonomi Indonesia bakal tumbuh 5 persen pada kuartal I/2023. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK) 04-05-2023
Jakarta – Pemerintah kembali menegaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 diarahkan untuk mengakselerasi sektor manufaktur dan ekspor, dengan dukungan kebijakan fiskal yang produktif dan strategis.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa belanja negara tahun anggaran ini difokuskan untuk mendukung investasi padat karya, hilirisasi industri, dan penguatan rantai logistik.
“Kami akan maksimalkan instrumen fiskal agar industri manufaktur tidak hanya tumbuh, tapi juga mampu bersaing di pasar ekspor global,” jelasnya. Dengan pendekatan ini, pemerintah ingin memastikan APBN berdampak langsung pada kapasitas produksi dan ekspansi ekspor nasional.
Di sisi lain, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan bahwa program APBN telah mendorong percepatan pembangunan kawasan industri dan fasilitas hilirisasi. Ia menyatakan, “Insentif fiskal melalui APBN memungkinkan industri untuk menambah nilai tambah produknya. Kami melihat lonjakan permintaan ekspor untuk produk terolah, dan ini adalah momentum yang harus kita manfaatkan,” jelasnya.
Pemerintah mencatat bahwa kontribusi sektor pengolahan nonmigas meningkat sepanjang 2025, sekaligus menjadi salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Posisi manufaktur juga diperkuat oleh Indeks Manufaktur (PMI) yang berada dalam zona ekspansif, menunjukkan bahwa kegiatan industri kembali bergairah.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa juga menegaskan komitmen menjaga stabilitas makro ekonomi. Ia menyampaikan, “Meskipun kita mendorong belanja pro-pertumbuhan, kita tetap menjaga disiplin fiskal. Defisit APBN dipantau secara ketat agar tetap berada di level kredibel dan berkelanjutan”, Ujarnya.
Sampai Agustus 2025, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan nilai ekspor nonmigas secara kumulatif meningkat jika dibandingkan tahun lalu, menjadi sinyal positif bahwa dukungan fiskal mulai terwujud dalam peningkatan ekspor. Pemerintah menyatakan akan terus memantau tren ekspor ini dan menyesuaikan kebijakan bila diperlukan agar manfaat pertumbuhan lebih merata dan berjangka panjang.
Ke depan, sinergi antara kebijakan fiskal, investasi, dan reformasi struktural akan menjadi fondasi APBN untuk mendorong pertumbuhan manufaktur dan ekspor. Pemerintah berkomitmen menjadikan APBN sebagai instrumen utama dalam memperkuat daya saing nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.