
Oleh: Juanda Syah)*
Peran lembaga investasi negara semakin strategis dalam mendukung program pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Salah satu motor penggeraknya adalah Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara, yang dalam tahun pertama menunjukkan akselerasi signifikan dalam penguatan modal negara, skema investasi, serta dukungan terhadap agenda pembangunan nasional.
Danantara memperkuat posisinya sebagai katalis investasi melalui sinergi dengan pemerintah pusat dan parlemen. Keterlibatan lembaga ini dalam mendukung program prioritas menunjukkan bahwa investasi negara kini diarahkan secara lebih terstruktur, adaptif, dan berbasis kolaborasi lintas sektor. Peran ini sekaligus menegaskan bahwa Danantara menjadi bagian dari tulang punggung transformasi ekonomi nasional di pemerintahan Prabowo-Gibran.
Pemerintah menunjukkan dorongan kuat untuk mempercepat implementasi program strategis. Setelah Presiden Prabowo Subianto kembali dari kunjungan luar negeri, agenda percepatan investasi langsung dikonsolidasikan bersama jajaran menteri. Salah satu fokus utamanya adalah pengembangan proyek berbasis teknologi lingkungan, seperti waste to energy (WTE), yang disiapkan di 34 kabupaten dan kota dengan volume sampah di atas 1.000 ton per hari.
Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, mengatakan perkembangan WTE sebagai bagian dari strategi nasional pengelolaan sampah. Danantara menjadi elemen penting dalam menyiapkan skema pendanaan inovatif bagi program tersebut. Dengan pendekatan investasi yang fleksibel, lembaga ini mampu mempercepat implementasi proyek yang tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga membuka lapangan kerja dan menciptakan nilai ekonomi baru.
Sepuluh proyek awal telah disiapkan, termasuk di TPST Bantar Gebang, Bekasi. Inisiatif tersebut menjadi contoh nyata bagaimana skema investasi negara diterapkan dalam sektor yang menyentuh kebutuhan publik secara langsung. Peran Danantara memastikan keberlanjutan pendanaan dan kejelasan arah pengembangan infrastruktur lingkungan berbasis investasi.
Dari sisi finansial, kinerja Danantara mencerminkan optimisme jangka panjang. CEO Danantara, Rosan Roeslani, mengatakan proyeksi kontribusi dividen kepada negara mencapai US$10 miliar atau sekitar Rp165 triliun pada 2029. Kenaikan tersebut menandakan kapasitas Danantara dalam mengelola investasi berbasis ekuitas tanpa bergantung pada pembiayaan utang.
Dengan modal ekuitas yang kuat, kapasitas investasi Danantara diperkirakan bisa mencapai US$40 miliar atau sekitar Rp664 triliun dalam lima tahun mendatang. Jika leverage aset dioptimalisasi, potensi pembiayaan bahkan dapat menembus US$250 miliar atau Rp4.150 triliun. Angka tersebut menunjukkan skala pengaruh Danantara terhadap struktur investasi nasional.
Dampaknya terhadap perekonomian nasional sangat signifikan. Pertama, Danantara membantu memperkuat kemandirian pembiayaan pembangunan tanpa membebani APBN. Kedua, kontribusi dividen dari BUMN ke depan diharapkan lebih merata dan tidak hanya didominasi oleh perusahaan besar. Ketiga, sektor usaha nasional memperoleh peluang lebih luas untuk bermitra dalam skema investasi bersama.
Peran Danantara juga diperkuat melalui kerja sama dengan sovereign wealth fund (SWF) internasional. Dana bersama telah dibentuk dengan Qatar Investment Authority (QIA) dan mitra dari Tiongkok, sementara rencana kolaborasi sedang berjalan bersama United Arab Emirates (UAE) dan Public Investment Fund (PIF) dari Arab Saudi. Sinergi ini membuka jalur pendanaan yang memperbesar kapasitas ekspansi investasi lintas sektor.
Dengan jejaring global tersebut, Danantara berkontribusi dalam pembiayaan proyek infrastruktur, energi, teknologi, pangan, hingga industri hilir. Dampaknya berlapis: pertumbuhan ekonomi terdorong, distribusi investasi lebih merata, serta tercipta lapangan kerja baru di berbagai daerah.
Fokus Danantara sejalan dengan agenda strategis pemerintahan Prabowo-Gibran yang menekankan hilirisasi, ketahanan fiskal, dan penguatan daya saing nasional. Dalam tahun pertama, kebijakan investasi diarahkan untuk menopang transformasi ekonomi sekaligus menjaga keberlanjutan pembangunan. Danantara menjadi pelaksana sekaligus pengelola modal jangka panjang untuk memfasilitasi tujuan tersebut.
Kehadiran Danantara mempercepat inovasi pembiayaan di sektor prioritas seperti energi baru dan terbarukan, digitalisasi ekonomi, pengelolaan lingkungan, dan industri masa depan. Pendekatan yang adaptif dan inklusif memungkinkan pelaku usaha nasional dan mitra internasional ikut memperkuat fondasi ekonomi Indonesia.
Capaian Danantara dalam tahun pertama memperlihatkan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi tujuan investasi, tetapi juga pemain aktif dalam mengelola dan menggerakkan investasi itu sendiri. Dengan arah kebijakan yang jelas, dukungan politik yang kuat, dan ekosistem pendanaan yang terus berkembang, Danantara tampil sebagai mesin penggerak investasi nasional di Pemerintahan Prabowo-Gibran.
Dengan fondasi kelembagaan yang solid, proyeksi pendanaan yang ambisius, dan perluasan kemitraan global, peran Danantara semakin kokoh dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Tahun pertama menjadi fase konsolidasi dan akselerasi, sementara periode berikutnya menjadi momentum perluasan kontribusi terhadap perekonomian nasional.
Danantara semakin aktif menjembatani komunikasi antara pelaku usaha, regulator, dan pemangku kepentingan lainnya. Pendekatan ini memungkinkan terciptanya mekanisme koordinasi yang lebih cepat dan responsif, sehingga kebijakan investasi tidak hanya visioner, tetapi juga operasional dan berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Peran ini menjadi fondasi penting bagi penguatan arus investasi jangka panjang dan penciptaan iklim usaha yang kompetitif di berbagai sektor strategis.
)* Penulis adalah mahasiswa Jakarta tinggal di Bandung