
Jakarta – Program rumah subsidi bagi buruh dan tenaga kerja terus menunjukkan perkembangan positif. Antusiasme tinggi dari kalangan pekerja membuat pemerintah memutuskan untuk menambah kuota secara signifikan. Jika sebelumnya hanya 20 ribu unit rumah, kini jumlah tersebut ditingkatkan menjadi 50 ribu unit untuk menjawab kebutuhan perumahan buruh.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, menyampaikan bahwa keputusan ini lahir dari kerja sama lintas kementerian dan lembaga. Ia menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen menghadirkan kebijakan nyata yang dirasakan langsung manfaatnya oleh tenaga kerja.
“Komisioner BP Tapera Pak Heru Pudyo Nugroho meminta tambahan kuota rumah subsidi dan saya tanya sama Bapak Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli. Bapak Menaker mengajukan tambahan dari 20 ribu unit menjadi 50 ribu unit. Dan, saya langsung setuju,” ujar Ara.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa program ini sudah menunjukkan realisasi yang sangat menggembirakan. Tiga bulan lalu, pemerintah menandatangani kuota 20 ribu unit rumah subsidi bagi tenaga kerja. Hingga kini, berdasarkan data Badan Pengelolaan Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera), sudah terealisasi 36.629 unit rumah.
“Artinya, kebijakan di sektor perumahan ini sangat diminati oleh buruh. Pemerintah akan terus memastikan ketersediaan rumah layak huni yang terjangkau,” tambahnya.
Antusiasme buruh terhadap program ini juga tercermin dari rencana besar Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI). Presiden KSPSI, Andi Gani Nena Wea, mengatakan pihaknya akan mengumumkan peluncuran Program Perumahan Buruh di Cikampek, Karawang, pada awal September mendatang.
Perumahan subsidi ini berbeda dari konsep rumah sederhana biasanya. Dirancang bergaya resort, hunian buruh tersebut ditawarkan dengan harga sekitar Rp160 juta, lengkap dengan fasilitas modern seperti jogging track, gym, kolam renang, hingga ruang pertemuan serbaguna.
“Buruh bukan hanya butuh upah, tetapi juga rasa aman. Dengan adanya perlindungan sosial yang kuat, pekerja bisa lebih tenang dan produktif. Inilah yang terus kita perjuangkan,” tegas Andi Gani.
Dukungan terhadap program ini juga datang dari pemerintah daerah. Plt Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Lebak, Rully Charuliyanto, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah melakukan sosialisasi secara langsung kepada perusahaan-perusahaan melalui bagian Human Resource Development (HRD).
“Kami telah bertemu dengan HRD perusahaan untuk menyampaikan informasi program ini, dan selanjutnya mereka akan meneruskan ke para pekerja,” kata Rully.
Ia menambahkan, program rumah subsidi buruh sangat relevan dengan kondisi pekerja di daerah yang sering menghadapi tantangan ekonomi akibat penghasilan yang tidak tetap. Meski kuota resmi untuk Lebak belum diumumkan, ia optimistis bahwa banyak buruh akan terbantu.
“Program ini akan menjadi solusi nyata agar pekerja dapat memiliki hunian yang layak, tidak hanya sekadar mengontrak seumur hidup,” ujarnya.
Dengan meningkatnya kuota serta dukungan dari serikat pekerja dan pemerintah daerah, program rumah subsidi buruh diproyeksikan menjadi salah satu kebijakan paling berdampak langsung pada kesejahteraan pekerja. Lebih dari sekadar penyediaan hunian, inisiatif ini juga menjadi wujud nyata kehadiran negara dalam menjamin kesejahteraan sosial bagi tenaga kerja di Indonesia.