
Jakarta – Genap satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran, salah satu program unggulan yang mendapat sorotan publik adalah Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini diklaim membawa dampak nyata dalam memperbaiki gizi anak-anak serta menggerakkan ekonomi di desa-desa.
Menurut data pemerintah, hingga Agustus 2025 lebih dari 20 juta masyarakat, meliputi anak sekolah, anak belum sekolah, ibu hamil dan ibu menyusui, telah menikmati layanan makan bergizi setiap hari. Selain itu, program MBG juga terbukti menciptakan sekitar 290.000 lapangan kerja di sektor pengolahan makanan lokal dan melibatkan 1 juta petani, nelayan, peternak, dan UMKM sebagai mitra pengadaan bahan pangan.
Anggota Komisi IX DPR RI, Mariana, menegaskan bahwa MBG bukan sekadar kebijakan sosial, melainkan gerakan nurani pemerintah untuk menjamin hak setiap anak atas gizi dan kasih sayang.
“Di bawah arahan Presiden Prabowo Subianto, kami ingin memastikan bahwa tidak ada lagi anak yang belajar dengan perut kosong, tidak ada ibu yang cemas akan tumbuh kembang anaknya,” ujar Mariana.
Pemerintah juga mengklaim bahwa peredaran uang di tingkat desa bertambah signifikan akibat pengadaan pangan lokal untuk MBG, mencapai estimasi Rp 8 miliar per tahun per desa dalam beberapa lokasi. Hal ini menandakan bahwa program gizi tidak hanya soal kesehatan, tetapi juga stimulus ekonomi bagi masyarakat pedesaan.
Ketua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Regional Bengkulu, Gloria Situmorang menjelaskan, program MBG mampu menggerakkan perekonimian daerah. Beberapa SPPG memanfaatkan UMKM untuk membelanjakan bahan makanan yang dampaknya memberikan stimulus ekonomi bagi masyarakat pedesaan.
“MBG terbukti mampu menggerakkan perekonomian daerah. Beberapa SPPG memanfaatkan UMKM lokal untuk pengadaan bahan makanan, sehingga memberikan stimulus ekonomi yang nyata bagi masyarakat pedesaan,” katanya
Dalam berbagai kunjungan ke desa-desa, sejumlah kepala desa dan orang tua menyampaikan apresiasi atas efek berganda program ini. Anak-anak semakin rajin masuk sekolah karena tidak lapar, serta para petani lokal mendapat pasar tetap untuk hasil panennya. Di beberapa daerah, peningkatan kehadiran siswa tercatat sebagai salah satu indikator keberhasilan program.
Sekretaris Deputi Bidang Promosi dan Kerja Sama BGN, Mochamad Halim, menjelaskan bahwa Program MBG dirancang dengan tiga manfaat utama, yakni pemenuhan gizi anak, pergerakan ekonomi lokal, dan penciptaan lapangan kerja. Program ini menyasar peserta didik mulai TK/PAUD hingga SMA, termasuk lembaga keagamaan seperti pesantren dan seminari.
“Setiap dapur MBG melibatkan sekitar 45 tenaga kerja lokal, mulai dari pengolah makanan, pengemudi distribusi, hingga tenaga ahli gizi dan akuntan. Dengan begitu, program ini tidak hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga menggerakkan ekonomi masyarakat,” jelas Halim.
Dengan komitmen untuk terus memperkuat program ini di desa-desa terpencil dan memastikan manfaat langsung sampai ke anak-anak rentan, pemerintahan Prabowo-Gibran berharap bahwa MBG tidak sekadar janji kampanye, melainkan bukti kerja nyata dalam memperbaiki gizi dan ekonomi rakyat pedesaan.