Pemerintah Targetkan Swasembada Energi Sekaligus Membuka Pekerjaan Produktif

Oleh : Lestari Notonegoro )*

 

Pemerintah terus memacu langkah besar menuju swasembada energi. Melalui PT PLN (Persero), Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 kini digarap sebagai panduan strategis, bukan hanya untuk menambah kapasitas listrik nasional, tetapi juga untuk menciptakan jutaan lapangan kerja produktif di seluruh penjuru negeri.

 

RUPTL terbaru menargetkan penambahan kapasitas sebesar 69,5 gigawatt (GW) hingga tahun 2034. Porsi terbesar dari kapasitas baru ini berasal dari energi baru terbarukan (EBT) serta sistem penyimpanan energi modern seperti battery energy storage system (BESS) dan pumped storage. Dengan arah kebijakan ini, Indonesia menegaskan keseriusannya dalam melakukan transisi energi, mengurangi ketergantungan pada fosil, sekaligus mempercepat kemandirian energi.

 

Proyek raksasa ini diperkirakan menelan biaya hampir Rp2.967,4 triliun. Pemerintah tidak menanggung semuanya sendiri. Melalui skema Independent Power Producer (IPP), sektor swasta diharapkan menanggung sekitar 70–73 persen dari kebutuhan investasi. Kolaborasi ini menjadi kunci percepatan sekaligus membuka peluang bagi industri lokal, mulai dari manufaktur peralatan, konstruksi jaringan transmisi, hingga pengembangan teknologi energi.

 

Pemerintah menekankan bahwa infrastruktur distribusi juga menjadi perhatian utama. Pembangunan jaringan transmisi dan gardu induk akan digarap secara masif agar pasokan listrik tidak menumpuk di satu wilayah, melainkan tersalurkan merata hingga pelosok Nusantara. Dengan begitu, manfaat pembangunan energi bisa dirasakan masyarakat di semua lapisan.

 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menegaskan, RUPTL bukan sekadar catatan teknis. Ia mengatakan bahwa RUPTL 2025–2034 adalah wujud komitmen pemerintah untuk mempercepat energi bersih, merata, dan berkelanjutan.

 

Di balik pembangunan infrastruktur energi, ada dampak lain yang tak kalah penting: penciptaan lebih dari 1,7 juta lapangan kerja baru. Kesempatan kerja ini mencakup berbagai tahap proyek, mulai dari perencanaan, konstruksi, hingga pemeliharaan. Bagi masyarakat, artinya lebih banyak peluang untuk masuk ke pekerjaan produktif yang menopang kehidupan jangka panjang.

 

CEO Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menilai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) skala besar akan menjadi motor penggerak transisi energi nasional. PLTS skala besar akan memperkuat ketahanan energi nasional dan membuka green jobs di wilayah sepanjang Nusantara. Artinya, selain menghadirkan listrik yang andal, proyek energi bersih juga memberi peluang kerja baru, terutama bagi generasi muda yang ingin berkontribusi di sektor hijau.

 

Direktur Legal dan Manajemen Human Capital PLN, Yusuf Didi Setiarto, menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk menyiapkan SDM unggul yang akan mengawal transformasi perusahaan menuju energi bersih dan target Net Zero Emissions 2060. Yang berhasil terpilih ini bukan mahasiswa biasa, melainkan calon pegawai PLN yang akan dididik secara khusus untuk menghadapi tantangan industri kelistrikan.

 

Untuk menopang ambisi besar ini, regenerasi sumber daya manusia menjadi syarat mutlak. PLN pun bergerak melalui program ikatan kerja dengan Institut Teknologi PLN (ITPLN). Pada 2025, sebanyak 109 mahasiswa baru resmi terpilih dalam program ini setelah melalui seleksi ketat dari lebih dari 5.000 pendaftar.

 

Rektor ITPLN, Iwa Garniwa, menambahkan bahwa mahasiswa ikatan kerja memiliki jalur istimewa untuk berkarier langsung di PLN setelah lulus. Ia menambahkan, mereka yang telah sudah memegang tiket emas untuk masa depan yang gemilang. Namun tiket ini tetap harus dijaga dengan kerja keras, integritas, dan kesehatan. Program ini menunjukkan bagaimana transformasi energi tidak hanya bicara soal infrastruktur, tetapi juga investasi jangka panjang pada kualitas manusia.

 

Di sisi lain, sektor minyak dan gas juga terus bergerak. PT Pertamina Drilling Services Indonesia, anak usaha Pertamina, berhasil menyelesaikan pengeboran Sumur Benuang (BNG)-D16 yang dikembangkan menjadi Sumur BNG-069 di Prabumulih, Sumatera Selatan. Hasil uji produksi menunjukkan capaian menggembirakan: 2.045 barel minyak per hari dan 5,2 juta standar kaki kubik gas per hari. Temuan ini mengindikasikan adanya potensi reservoir baru yang sebelumnya belum dimanfaatkan.

 

Direktur Utama Pertamina Drilling, Avep Disasmita, menyebut capaian ini menambah optimisme terhadap keberlanjutan produksi energi nasional. Keberhasilan ini diperoleh melalui metode batch drilling yang lebih efisien, sehingga biaya dan waktu bisa ditekan.

 

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menegaskan komitmen perusahaan. Pertamina menggiatkan kinerja subholding sektor hulu guna menjaga ketahanan energi dan mewujudkan swasembada energi sebagaimana yang tertuang dalam Asta Cita Presiden Prabowo. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa upaya menjaga ketahanan energi dilakukan secara seimbang: di satu sisi memperkuat produksi migas, di sisi lain mempercepat transisi ke energi bersih.

 

Seluruh langkah ini, baik oleh PLN maupun Pertamina, mencerminkan strategi komprehensif pemerintah. Indonesia sedang menapaki dua jalur sekaligus yakni menjaga ketersediaan energi fosil sebagai penopang kebutuhan saat ini, dan membangun fondasi energi bersih untuk masa depan.

 

Lebih dari sekadar angka kapasitas, RUPTL dan pencapaian Pertamina menghadirkan transformasi sosial-ekonomi. Jutaan pekerjaan produktif tercipta, peluang baru bagi industri lokal terbuka, dan generasi muda disiapkan untuk mengisi posisi strategis dalam dunia energi. Dengan langkah terukur ini, Indonesia diyakini mampu mencapai swasembada energi, mengurangi emisi karbon, serta mengembangkan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan.

 

RUPTL 2025–2034 dan keberhasilan pengeboran sumur baru Pertamina menjadi simbol tekad bangsa. Pemerintah tidak hanya mengejar kemandirian energi, tetapi juga menjadikan sektor energi sebagai penggerak pembangunan, penciptaan lapangan kerja, dan penguatan ekonomi nasional. Di era transisi energi ini, Indonesia tengah membuktikan bahwa kemandirian energi dan kesejahteraan rakyat bisa berjalan beriringan.

 

)* Penulis merupakan seorang Pengamat Energi

More From Author

Indonesia Siapkan 75 GW Energi Terbarukan dalam 15 Tahun Mendatang

Program Swasembada Energi Jadi Katalis Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *